Rabu, 27 Oktober 2010

Selamat Jalan Mbah Marijan

Seribu pertanyaan dari publik tentang keberadaan Mbah Maridjan terjawab sudah. Juru kunci Gunung Merapi itu ikut gugur di pangkuan gunung penebar kesuburan itu. Amanah Sultan HB IX untuk menjaga gunung paling berbahaya di Indonesia itu, selesai sudah.

http://farm4.static.flickr.com/3098/3254688948_726b9bdb30.jpg

"Dilihat dari batiknya dan kopiah yang dipakai di kepalanya kita yakin (itu jenazah Mbah Maridjan)," kata petugas Tim SAR Yogyakarta, Suseno, saat ditemui di RS dr Sardjito, Yogyakarta, Rabu (27/10/2010). Mbah Maridjan ditemukan dalam posisi sujud di dapur. Luka bakar terdapat di tubuhnya. Bajunya robek-robek.

Nama Raden Ngabehi Suraksohargo atau yang lebih terkenal dengan panggilan Mbah Mardijan melambung seiring dengan peristiwa meletusnya Gunung Merapi, Yogyakarta, pada 2006 lalu.

http://nurdayat.files.wordpress.com/2008/07/marijan1.jpg

Mbah Maridjan terkenal karena sebagai juru kunci Gunung Merapi, dia tidak mau mematuhi perintah untuk turun gunung oleh Sultan Hamengkubuwono X. Akibatnya, mata dunia pun terbelalak pada sosok renta yang sangat sederhana ini.

Bahkan, saking terkenalnya pria kelahiran Kinahrejo, Cangkringan, Sleman, tahun 1927 itu, Pemerintah Jerman yang saat itu sedang menggelar hajatan Piala Dunia bermaksud mengundang Mbah Maridjan untuk menghadiri pembukaan Piala Dunia 2006. Si Mbah lantang menolak. "Kalau saya ke Jerman, siapa yang mencari rumput sapi saya," tutur pria sepuh itu.

Bagaimana Mbah Maridjan setelah dikenal dunia? Apalagi Si Mbah saat ini telah menjadi ikon produk jamu "Roso-roso"! Adakah perbedaan dengan Si Mbah setelah lebih 'berada'? Ternyata tidak. Mbah Maridjan tetap seperti yang dulu, ramah, rendah hati dan selalu tersenyum menghadapi siapa pun meski belum kenal sama sekali.

http://multiply.com/mu/spattercone/image/2/photos/upload/300x300/RG1@4AoKCpwAADS8dGA1/25DSCN6819.JPG?et=pyXS7vEJhFJeYHYgE%2Bd4%2Cw&nmid=6735629

"Saya ya tetap seperti ini," ujar Mbah Maridjan dengan Bahasa Jawa khasnya saat ditemui detikcom di sela-sela kesibukannya yang terus menerima tamu di saat musim liburan Natal dan Tahun Baru, Senin (24/12/2007) silam.

Mbah Maridjan menuturkan, pascameletusnya Gunung Marapi pada 2006 silam, banyak perubahan pada dirinya. Selain menjadi terkenal, dia menjadi ikon produk jamu yang juga membuat namanya semakin melambung.

"Tapi soal honor, itu bukan saya yang mengurusi. Tapi anak-anak saya, dan masyarakat juga menikmati hasilnya," papar pria bersahaja ini.

Pengalaman lucu pun diceritakan Mbah Maridjan saat pengambilan gambar dalam iklan tersebut. "Waktu itu saya diajari agar saya mengangkat tangan saya sambil membawa gelas dan mengatakan 'roso-roso'. Sering diulang," kata Mbah Maridjan disambut tawa para tamunya.

Karena usianya yang semakin renta, Mbah Maridjan mengaku sudah tidak kuat lagi melakukan aktivitas sehari-hari semisal berladang dan mencari rumput. "Rumput satu kali mencari biasanya bobotnya 50 kilo. Jadi pundak saya sudah nggak kuat untuk mengangkatnya," cerita Mbah Maridjan sambil tertawa.

"Kan sudah minum jamu 'roso-roso' itu, Mbah?" Mbah Maridjan hanya tertawa lebar mendengar pertanyaan tersebut.

Sayangnya, saat itu Mbah Marijan tidak mau lagi difoto bareng dengan pengunjung. Hal ini berbeda 2006 lalu tatkala Si Mbah dengan sabar bersedia meladeni tamu yang hendak berpose dengannya.

"Nanti kalau mau difoto tembok saya sudah nggak bisa lagi menampung foto-fotonya," ujar si mbah sembari menunjukkan foto-foto Mbah Maridjan dengan berbagai pose yang terpampang di tembok rumahnya.

Namun kini, sosok sederhana dan rendah hati ini telah tiada. Mbah Maridjan menepati janjinya kepada Sultan HB IX untuk terus menjaga Merapi sampai akhir hayat.

Selamat jalan Mbah Maridjan . . .


Sumber :
www.detiknews.com

Minggu, 13 Desember 2009

cerita......

Sehari-hari Wawan Kurniawan (28) hanyalah seorang pengayuh becak. Namun siapa sangka pria yang biasa mangkal di depan kantor pos Purworejo itu adalah seorang mahasiswa berprestasi. Sabtu (8/11), dia diwisuda dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,01. Berikut laporannya.

Meski profesinya hanya tukang becak dengan pendapatan pas-pasan dan bahkan sehari-hari penghasilannya sering tidak bisa dipastikan, Wawan Kurniawan tetap punya prinsip dan slogan dalam hidupnya. ''Optimistis dan jangan pernah menyerah tanpa usaha,'' tandas warga RT 3 RW 8, Baledono Krajan, Purworejo itu.

Ya, dengan semangat itulah, dia berhasil meraih cita-citanya menjadi mahasiswa yang berprestasi. Menurut dia, pengayuh becak hanyalah profesi. Dan, dia mengaku tidak malu menyandang profesi itu. Apalagi sejak kelas satu SMA dia memang sudah mengayuh becak.

Setiap hari, pukul 05.00-pukul 17.00, pria yang lahir di Purworejo 24 Desember 1980 itu mangkal di depan kantor pos Purworejo. Sabtu (8/11), mahasiswa Fakultas Teknik Sipil di Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP) ini diwisuda dengan IPK 3,01. IPK tersebut tertinggi di fakultasnya.

Kemarin, dia sibuk mengurus ijazahnya karena akan digunakan untuk mendaftar CPNS di Pemkab Purworejo. Meski ada keinginan menjadi pegawai negeri, dia tetap masih punya niat melanjutkan kuliah di UGM Yogyakarta .
Bagaimana dengan becaknya? ''Ya, itu tetap akan saya pertahankan. Saya akan jadi pengayuh becak di Yogya,'' katanya.

Bagi dia, becak yang dipakai saat ini punya nilai sejarah tersendiri. Becak itu semula adalah milik kakaknya. Namun becak itu kemudian menganggur karena kakaknya masuk pesantren. Sejak tahun 1997, becak dia pakai untuk mencari nafkah. Tempat mangkal favorit adalah di depan kantor pos Purworejo.

Dia mengungkapkan, penghasilan sebagai tukang becak ada pasang surutnya. Terkadang dalam sehari dia tidak mendapat uang sama sekali. Akan tetapi menjelang Lebaran lalu, Wawan pernah mendapat uang Rp 100 ribu/hari.
Hasil jerih payahnya itu, sebagian dimanfaatkan untuk membayar uang kuliah, meski dia sadar seringkali penghasilannya masih kurang untuk biaya di perguruan tinggi. Seingat dia, pada tahun pertama membayar Rp 2 juta. Selanjutnya untuk biaya per semester Rp 750 ribu. ''Ya, kalau kurang, saya pinjam teman,'' tuturnya.

Giat Belajar
Untuk bisa belajar sambil bekerja, dia berusaha membagi waktu. Bila ada jam kuliah, dia berusaha masuk. Setelah itu kembali ke pangkalan becak. Kapan belajar? Menurut Wawan, belajar biasa dilakukan pada malam hari. Dia juga biasa membawa buku-buku kuliah di laci becak. Bila sedang tidak ada penumpang, dia memanfaatkannya untuk belajar. ''Dulu pas ramai judi togel saya pernah dikira sedang meramal nomor. Padahal sedang belajar,'' ujarnya.
Selama menjadi tukang becak, kata dia, tentu ada suka dan dukanya. Dia sering mengantar teman sekampus atau dosen, namun Wawan mengaku tidak malu melakukannya.

Dia juga pernah diberi uang Rp 170 ribu dari seorang warga Ngombol, Purworejo yang kini di Jakarta . Mulanya orang yang mengaku pensiunan polisi itu minta diantar dari Hotel Bagelen ke masjid di alun-alun. Ketika penumpang bertanya status dan pendidikan, dia jawab masih kuliah di UMP.

Mungkin karena merasa kasihan, penumpang menyodorkan uang Rp 20 ribu. Keesokan harinya, dia ngobrol lagi dengan penumpang itu. Wawan pun diberi uang Rp 50 ribu untuk biaya kuliah. Beberapa saat setelah itu, orang yang sama menyempatkan datang ke rumahnya dan memberikan uang Rp 100 ribu.

Tentang dukanya, menurut Wawan, dirinya pernah diminta mengantar seorang wanita ke Pasar Baledono, Purworejo. Sesampai di tempat tujuan, penumpang itu turun dan dia diminta menunggu. ''Eh ternyata tidak nongol lagi,'' ungkap anak ke-4 pasangan Ambari dan Chamidah itu.

Meski lahir dari keluarga kurang mampu, karena ayah dan ibunya hanya berjualan es tape di alun-alun dan di rumah, semangat Wawan perlu ditiru.

Kamis, 10 Desember 2009

SEKOLAH YUK

Pendidikan adalah yang utama dan terutama di dalam kehidupan era masa sekarang ini. Sejauh kita memandang maka harus sejauh itulah kita harus memperlengkapi diri kita dengan berbagai pendidikan. Kita jangan salah memahami bahwa pendidikan diperoleh dengan cara menempuh jalur formal saja, dengan cara datang, duduk, mendengar dan selanjutnya hingga akan memperoleh penghargaan dari test yang sudah dilewati. Umumnya yang kerap kita dengar yaitu:

LONG LIFE EDUCATION

Pendidikan dapat diperoleh dengan berbagai cara terlebih lagi semakin mendukungnya perkembangan alat-alat elektronika sekarang ini. Dengan mudah kita beroleh informasi tentang perkembangan zaman baik dari belahan bumi barat terlebih lagi dari negara tetangga.

Ilmu pengetahuan, keterampilan, pendidikan merupakan unsur dasar yang menentukan kecekatan seseorang berpikir tentang dirinya dan lingkungannya. Seseorang yang mampu mengubah dirinya menjadi lebih baik diharapkan mampu mengubah keluarganya, kelak mengubah daerahnya dan kemudian mengubah negaranya serta mengubah dunia dimana dia hidup. Seperti puisi seorang suster yang sangat mengharapkan terciptanya kedamaian di muka bumi ini. Seseorang memiliki eksistensi tentang arti penting dirinya dan kehidupan yang diberikan Tuhan bagi dia dan sangat disayangkan jika itu berbuah dalam kesiasiaan.

Jika kita melirik sebentar ke negara-negara di Barat, mereka memberi perhatian penting terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan keterampilan sebab hal itu bagi mereka merupakan asset, modal utama untuk boleh andil bersaing dengan yang lain.

Misalnya saja, negara USA dengan penemuan-penemuan baru di bidang IPTEK, yang dapat dijadikan sebagai "nilai jual" ke negara lain tanpa menghilangkan keoriginalan penemuan awal yang mereka lakukan. Mereka tidak segan-segan harus mengeluarkan berjuta dolar untuk merealisasikan penemuan mereka.

Kita sebagai warga negara Indonesia tidak menuntut seperti itu di negara kita sebab melihat kondisi pendidikan masih jauh perlu pembenahan di berbagai bidang pendidikan. Sekalipun demikian realitanya, bukan berarti kita hanya berpangku tangan saja dan menonton berharap dari negara lain yang akhirnya di era free trade ini kita tidak lagi mampu maju untuk memberdayakan diri agar layak bersaing dan layak jual. Kita boleh bermimpi tapi hati-hati jangan menjadi pemimpi.

Secara ruang lingkup yang sempit di kawasan Negara kita sendiri masih ada yang tertinggal, tidak mampu baca dan tulis. Hal ini merupakan suatu kekhawatiran yang sangat sulit untuk diberantas jika kita masih berkutat pada pemahaman yang primitif atau sedikit lebih maju namun sekedar tekhnis saja.

Memandang keluar dan melihat keterbukaan dalam dunia globalisasi, menjadikan peranan pendidikan sangat vital untuk jadi penentu sebab dunia pendidikan mampu memotivasi terciptanya tekhnologi yang bisa diadaptasi, diimitasi bahkan disebarkan dengan cara yang cepat dan mudah. Yang kemudian hal tersebut dapat mendukung laju perkembangan suatu Negara.

Saat ini kita ditantang untuk belajar dan belajar sebab semakin kita tahu justru semakin banyak yang kita tidak tahu. Perkembangan bukan hitungan hari tetapi sudah bertolak ukur dengan hitungan detik. Dari waktu detik ke detik berikutnya sudah menghasilkan berbagai daya kreasi penemuan-penemuan di berbagai bidang. Mengingat hal itu, maka mari kita memanfaatkan kesempatan yang tersedia, bukan kesempatan yang memanfaatkan kita. Sebab saat ini telah dinyatakan dalam prakteknya bahwa manusia adalah subyeknya dan kualitasnya adalah kunci, bukan soal kuantitas lagi.

Kata bijak dari seorang berkebangsaan China yang menyatakan:

Give a man a fish
And you will feed him for a meal
But
Teach a man how to fish
And you will feed him for life

Kata bijak yang sangat menggugah kita yang mempunyai arti "berikan pada seseorang seekor ikan maka kamu memberi dia hanya sekali makan tapi ajarilah seseorang untuk memancing maka kamu telah memberi dia makan seumur hidupnya." Suatu ungkapan yang boleh diberi acungan jempol. Dalam ungkapan itu tersimpan makna yang ingin disampaikan adalah manusiakan manusia agar ia menjadi manusia, berdayakan, didik, latih, beri keterampilan agar kelak dia yang memberdayakan dan bertanggungjawab pada dirinya, kehidupannya serta masa depannya.

Kaum muda adalah pemegang kunci di setiap daerah, pemuda adalah penerus bangsa. Adalah realita yang harus kita akui bahwa pemuda-pemuda bangsa kita, sebelum maju bersaing sudah hampir kalah bersaing, tetapi tidak ada kata terlambat, sekarang juga mari semua kita perlengkapi anak-anak, diri kita untuk menjadi manusia-manusia kunci sebagai langkah menuju manusia yang siap pakai dan mempunyai daya kreatif tinggi serta bernilai jual yang layak di dunia Internasional. Tidak mudah tapi kita mampu. Mari kita buktikan kepada dunia bahwa kita sebagai anak bangsa sanggup berkreasi di kancah dunia.
Belajar yang giat ya!!

Download MP3: Slow Rock Indonesia Zaman Dulu Gratis | Lagu Indonesia dan Barat, Free Top Hits Song

Download MP3: Slow Rock Indonesia Zaman Dulu Gratis | Lagu Indonesia dan Barat, Free Top Hits Song

Template by : kendhin x-template.blogspot.com